Sabtu, 11 November 2017

Belajar dari Kesuksesan Teman (Catatan dari Lounching Buku Ica)



BENAR? Benar-benar mau menulis? Benar, ingin menjadikan tulisan jadi buku? Pertanyaan sederhana, tapi belum tentu mudah dan sederhana jawabannya. Ini sedikit catatan dari pengalaman teman untuk motivasi siapa saja yang berkeinginan menulis. Berasa ada guna, silakan baca catatan ini. Jika tidak? Baca jugalah barang sebentar.
Peluncuran (lounching) buku "Endless Heppyness, Selalu Ada Rumput Hijau di Sekeliling Ranjau" karya Rica Irma Dhiyanti (Ica) baru-baru ini menarik bagi saya. (Semoga Anda juga menganggap menarik. Maksa?). Kegiatan yang dihelat di Central Park Gramedia Jakarta, hari Sabtu (4/11/17) itu bukan sekadar berjalan dengan baik dan sukses saja menurut saya. Ada catatan dan makna tersendiri yang layak dipikirkan dan dibuat teladan. 

Dihadiri oleh puluhan pengunjung, antara lain, Direktur Utama penerbit Gramedia Utama, Wandi S. Brata, itu satu catatan tersendiri mengingat tidak mudah mencari dan mendapatkan kesempatan bos Gramedia ini untuk berkegiatan sekadar lounching buku begitu. Itu informasi yang diperoleh dari Ica, penulis buku menjelaskan. Diapun konon akhirnya tahu itu setelah mendapatkan penjelasan dari beberapa 'orang dalam' selama proses mempersiapkan peluncuran bukunya. Jadi, benar-benar sebuah kebanggaan atas kehadiran Pak Wandi.

Selain dihadiri bos penerbit top itu, dihadiri pula oleh salah seorang anggota DPR Dapil (Daerah Pemilihan) Kepri, Ria Latifah, yang kata Ibu isteri Dubes di Mesir itu dia sebenarnya sudah akan berangkat ke Luar Negeri pada waktu yang sama. Tapi dia bersedia meluangkan waktu untuk hadir kaena penulis buku itu adalah anak daerah Dapilnya dan diundang pula oleh seorang wartawan senior, Kang Maman yang ikut menjadi bagian peluncuran buku Ica.

Dan masih ada beberapa orang penting lain yang hadir, seperti dari Kemdikbud (Pusat), dari Kemenag dan Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun, serta beberapa pejabat lain. Menurut Ica (sapaan Rica Irma Dhiyanti) hadir juga beberapa dokter sahabat dan yang merawat Ica sebagai pengidap kanker. Lalu ada pula para mentor dan guru menulis Ica serta teman-temannya dari beberapa Daerah dan dari Kabupaten Karimun. Dari Karimun sendiri hadir tidak kurang 10 orang yang datang dengan biaya sendiri. Bayangkan.
"Sangat sukses acaranya," kata seorang peserta lounching dari Jakarta, Wijaya Kusumah (lebih populer sebagai Om Jay pakar blog) yang berkesempatan hadir pada acara lounching yang dilaksanakan langsung oleh penerbitnya, Gramedia itu. Om Jay yang guru SMP Lab School dan Dosen di UNJ, Jakarta, itu sangat mengapresiasi acara ini. "Sudah tempatnya mewah, sebuah mall hebat di Central Park yang terkenal sangat wah dan mahal itu, dihadiri pula oleh orang-orang penting. Ini benar-benar hebat," kata Om Jay memuji keberhasilan panitia membuat acara. Dia mengatakan sudah beberapa kali ikut acara lounching buku, tapi ini memang terasa lain. Hebat sekali, katanya kepada saya.
Saya setuju, kehadiran Dirut Gramedia sendiri adalah salah satu indikator keberhasilan. Peluncuran buku ini memang sangat serius oleh Gramedia dan itu artinya sebuah kesuksesan. Menurut informasi bahwa dalam beberapa kali lounching buku terbitan Gramedia, sangat sulit pak Wandi bisa hadir. Paling banter, dia akan menyuruh wakil atau yang mewakilinya untuk hadir. Tapi kali ini dia langsung hadir dan memberikan sambutan cukup panjang dan inspiratif.
Menjadi MC pada acara ini adalah Glori Oyong yang kita kenal sebagai selebriti Indonesia juga. Sementara yang menjadi pembedah buku adalah Kang Maman Suherman, wartawan senior dari Kompas itu tadi. Cukup presentatif pesrta dan pengunjung lounching buku anak daerah yang menembus penerbit Nasional itu.

Dalam sambutannya, Pak Wandi memgajak semua hadirin dan siapa saja untuk terus dan terus membaca. "Jadilah pembaca buku-buku dan apa saja, termasuk buku Rica ini agar kita menjadi bangsa yang hebat," ajaknya. Direktur Gramedia itu mengajak semua kita untuk rajin membaca kaena membaca akan menjadikan orang lebih cerdas dan berkemajuan. Bukan menjadi licik seperti --dongeng sang kancil-- yang banyak kita temukan dalam dongeng-dongeng cerita rakyat dari berbagai daerah.
Sementara Kang Mamam dengan panjang-lebar membedah isi buku Ica dari berbagai perspektif. Mulai dari isinya yang inspiratif untuk meyakinkan pembaca agar mampu 'berbahagia' hingga ke minat membaca bangsa Indonesia yang masih sangat rendah. Dan itu perlu ada buku-buku bagus dan menarik seperti buku Endless Heppyness ini untuk menimbulkan minat membaca, katanya. Dia juga mengapresiasi terbitnya buku orang Daerah seperti Ica di penerbit sebesar Gramedia.
Saya sepakat komentar hampir semua pengunjung bahwa acara peluncuran buku ini memang sukses. Jumlah buku yang terjual juga cukup tinggi pada saat lounching ini. Sebanyak 40-an eksemplar buku terjual dan rata-rata meminta tanda tangan penulisnya. Informasi lain, dua bulan beredarnya buku ini sejak bulan Oktober ternyata sudah 2.000-an eksemplar buku ini terjual. Sukses acara lounching ternyata juga diikuti oleh sukses perjualan bukunya di berbagai toko buku.

Tentu saja kesuksesan itu satu hal. Tapi hal lain yang perlu menjadi pemikiran adalah bagaimana belajar dari kesuksesan teman kita, Ica ini. Walaupun buku itu adalah buah tangannya yang pertama, dan sudah mampu menembus penerbit sebensar Gramedia pastilah dia belum akan serta-merta puas dan jumawa. Kita yang berada di luar, justeru harus ikut bangga kaena berkesempatan untuk belajar dari kesuksesan ini. Belajar dari kesuksesan teman kita yang melahirkan buku itu. 

Harus kita akui, bahwa kebanyakan di antara kita yang ingin menulis, atau menjadi penulis untuk melahirkan buku terkadang tidak cukup gigih untuk mewujudkan keinginan itu. Kita tahu, jika ingin menjadi penulis, jadilah pembaca yang aktif. Artinya raji membaca terlebih dahulu, barulah terbuka kemungkinan untuk menjadi penulis. Belum lagi beberapa syarat lain seperti pemahaman tentang kebahasaan, kalimat yang efektif dan menyenangkan, juga sering kita tidak berkenan berusaha memahaminya. 

Inilah satu momen menurut saya, belajar dari kesuksesan teman kita dalam melahirkan dan mempromosikan bukunya jika kita benar-benar ingin menjadi penulis. Mari, kita coba, mari kita belajar dari pengalaman itu. Selamat, Ica dan selamat lounching bukunya. Selamat pula buat kita untuk mencobanya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Merasa tak Diawasi

Tersebab tak merasa diawasi Aku bisa melakukan apapun yang aku kehendaki Merasa tak ada yang melihat gerak-gerik Aku melakukan apa saj...