Selasa, 05 Juli 2016

Pesan Tradisi 'Balek Kampong' di Akhir Ramadhan

Dari Google.com
PAGI Sabtu (02/07) lalu saya membuat status begini, "Ketika tranding berita mudik 'pulang kampung' di akhir Ramadhan bermunculan, yang terbayang adalah kesibukan pulang dan pergi ke kampung halaman dari kampung tempat tinggal. Di sanalah silaturrahim sanak-keluarga kembali terbina karena di waktu lama tidak berjumpa. Tapi tranding berita pulang kampung di bulan Ramadhan juga mengingatkan kita bahwa semua manusia akhirnya memang akan 'pulang kampung' berjumpa dengan sang pencipta yang akan menerima kita apa adanya. Baik dan buruk, di rantau dunia inilah persiapannya. Selamat pagi, sahabat FB." Pikiran itu lahir karena sejak beberapa hari menjelang akhir Ramadhan memang berita 'balek kampong' alias mudik ke kampung halaman itulah yang memenuhi media-media masa (online, cetak, elektronik, dll).

Balek kampong alias mudik dari 'kampung' atau tempat tinggal (sekarang) ke kampung/ kota kelahiran atau bekas tempat tinggal lama bersama keluarga, handai dan tolan, adalah tradisi yang sudah terjadi turun-temurun di Indonesia. Balek (balik) kampong (kampung) adalah perjalanan kembali ke kampung halaman untuk beberapa motivasi dan harapan seperti rindu ke kampung halaman tempat kelahiran itu sendiri, ingin sungkeman kepada kedua orang tua, sekaligus tentunya untuk bersilaturrahim dengan sanak saudara untuk berbagi kebahagiaan.

Tentang tradisi 'balek kampong' tentu saja banyak yang dapat ditulis. Tapi pesan apa yang dapat dipetik, itulah yang utama untuk diulang-ingatkan. Mengutip penjelasan Emha Ainun Nadjib yang dikutip dari tulisan Agusyanto Bakar di http://www.riaupos.co/2146-opini dijelaskan bahwa episode 'balek kampong' dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni 1) kerinduan untuk pulang ke kampung halaman dan bersilaturahim dengan sanak famili. Jika boleh dijelaskan bahwa episode ini adalah episode awal dari keperluan batin manusia untuk kembali ke asal usulnya, halaman asal kelahirannya.

Episode 2) balek kampong yang secara geografis dan kultural adalah kembalinya kita (manusia) dari alam nasional, global, universal dan liar, yaitu manusia beramai-ramai kembali ke lingkungan primordial, ke kelompoknya, itulah kampung halaman. Di sini sekaligus merupakan bentuk kesadaran atau ikrar kembali bahwa diri manusia berasal dari tanah dan air, yang akan kembali ke tanah dan air juga suatu saatnya; 3) Kesadaran tentang ibu pertiwi dalam pengertian yang lebih batiniah, yaitu kekhusyukan menginsafi kasih sayang ibunda, kandungan dan rahim ibunda. Sedangkan yang ke-4) adalah episode kembalinya kita semua ke pencipta tanah dan air, ke sumber dan asal usul, itulah Sang Pencipta.


Berdasarkan penjelasan singkat itu dapat dipetik pesan utama dari balek kampong bahwa setiap manusia pada dasarnya akan kembali ke kampungnya. Dan kampung abadi itu adalah Kampung Akhirat, tempat akan bermulanya kehidupan baru manusia setelah menamatkan kehidupan dunia yang fana ini. Silaturrahim abadi itu adalah ketika semua manusia akan menghadap ke Zat Pencipta, tempat manusia wajib mempertanggungjawabkan kehidupan duniawinya di sana nanti. Itulah kampung sesungguhnya.

Lalu sudahkah kita mempersiapkan diri kita untuk balek kampong abadi itu? Jika kita menyiapkan berbagai keperluan untuk pulang mudik bersilaturrahim ke keluarga di kampung halaman dengan begitu baik lengkap, maka persiapan ke kampung abadi pun wajib dipersiapkan dengan baik dan lengkap. Amal-ibadah yang sudah kita lakukan dengan baik, berbuat baik sesama manusia dan alam lainnya, juga merupakan pernak-pernik persiapan yang dapat membantu kita kelak di kampung akhirat itu. Untuk itu, kesibukan pulang kampung di dunia sejatinya diseimbangkan dengan kesibukan untuk pulang kampung ke dunia akhirat nanti. Semoga.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...