Rabu, 22 Juni 2016

Menjemput Ilmu ke Hotel Setos

SUDAH tidak terpikirkan kalau masih ada kesempatan mengikuti kegiatan pelatihan IN (Instruktur Nasional) seperti yang sepuluh hari ini saya ikuti. Dulu, 2013 saya memang pernah dipanggil mengikuti calon IN di Tanjungpinang, Kepri dengan materi K-13 alias Kurikulum Tahun 2013. Waktu itu, beberapa orang guru dipilih LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) Provinsi Kepri untuk dicalonkan menjadi IN K-13 karena akan dimulai berlakunya Kurikulum 2013 sebagai lanjutan (pengganti) KTSP alias Kurikulum 2006. Tentu saja saya bangga waktu itu.

Setelah melaksanakan tugas sebagai IN di Kabupaten Karimun untuk sasaran beberapa Kepala Sekolah di Kabupaten Karimun untuk satu angkatan saja, fungsi IN itu tidak pernah ada lagi. Saya pun bagaikan sudah lupa. Apalagi pelaksanaan K-13 itu akhirnya ditunda kembali setelah Mendikbud baru di awal Pemerintahan Jokowi meminta untuk menundanya bagi sekolah-sekolah yang baru satu semester melaksanakannya. Karimun yang semua sekolahnya baru melaksanakan pertama kali, terkena ketentuan Mendikbud untuk menunda itu.

Kurang lebih dua tahun berlalu, saya tentu saja sudah tidak memikirkan tugas sebagai IN itu. Sampailah waktunya ketika Jumat (17/06) sore itu mendapat SMS dari Kabid Dikmenjur, Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun --Pak Erdan-- yang menjelaskan bahwa saya dan Mulyani (guru SMA Negeri 5 Kundur) ditunjuk oleh Kemdikbud RI untuk ikut menjadi calon IN untuk program Guru Pembelajar. Menurut SMS itu, kegiatannya akan dilaksanakan di Semarang dari tanggal 18 Juni --berarti besok paginya-- dan harus sudah sampai di Hotel Suetes Jalan Petempen 294 Gajah Mada, Semarang pada pukul 14.00 hari Sabtu itu.
Kesibukan Peserta Mengikuti Kegiatan IN

Di luar rasa 'terkejut' karena terpilih sebagai calon IN, justeru yang lebih membuat khawatir saya adalah jeda waktu menerima pemberitahuan (SMS) dengan keharusan hadir di lokasi kegiatan yang hanya berjarak beberapa jam saja lagi. Mungkinkah saya bisa sampai di Semarang, Ibu Kota Jawa Tengah itu pada keesokan harinya sementara akses Karimun - Semarang harus melalui kapal laut (Karimun - Batam) dulu selama hampir dua jam, lalu dari pelabuhan Batam ke Bandara Hang Nadim juga butuh waktu kurang lebih satu jam naik mobil. Dan berangkatnya hanya bisa besok Sabtu itu. Dari Hang Nadim ke Semarang tentu saja hanya bisa naik pesawat terbang yang jumlah pesawatnya terbatas. Belum tentu juga akan mendapat ticket Batam- Semarang untuk penerbangan besok itu. Pokoknya serasa tidak mungkin saya akan bisa memenuhi syarat seperti bunyi SMS itu.

Selain masalah-masalah transportasi, yang juga pelik saya pikirkan adalah untuk mendapatkan surat tugas (SPPD) dari Kepala Dinas Karimun yang menjadi syarat utama untuk ikut IN di Semarang ini. Itu hari Jumat (sore) yang sudah pasti kantor sudah tutup. Besoknya juga kantor tidak akan buka. Rasanya memang mustahil saya akan mendapatkan surat tugas itu. Oleh kaena itu saya benar-benar bingung dan cenderung untuk tidak terlalu memikirkan SMS pak Kabid itu.
Peserta MP Bahasa

Dalam bingung saya tetap bersiap, jika benar-benar harus berangkat besoknya. Malam selepas tarwih, saya pergi ke rumah Pak Hadi, minta bantu memperbaiki (mengolah) komputer yang jika saya harus pergi, juga disyaratkan membawa laptop. Hingga pukul 10.15 (malam) saya baru selesai mengurus laptop itu. Sambil rerus komunikasi --via HP-- dengan Pak Erdan yang meminta saya mengirimkan alamat email, saya pun kembali ke rumah setelah laptopnya selesai dilah pak Hadi. Dan sampai di rumah itulah saya baru membaca surat undangan dari panitia pelaksana IN.

Singkat cerita, saya akhirnya bisa berangkat karena surat tugas yang tadinya harus ditandatangani Pak Kadis (MS Sudarmadi) ternyata boleh ditandatangani oleh Pak Kabid saja. Pak Erdan mengatakan dia bisa menyiapkan surat itu paginya. Dan singkat cerita lagi, saya pagi (pukul 06.45) sudah meninggalkan rumah di Wonosari Meral untuk menuju pelabuhan Tanjungbalai Karimun sambil menjemput surat tugas ke SMP Negeri 1 Karimun. Kebetulan Pak Erdan berada di sana, pagi itu.

Dengan kapal Ocianna saya berangkat ke Batam --via Harbour Bay-- untuk meneruskan perjalanan ke Hang Nadim. Saya nekad saja berangkat tanpa bekal ticket pesawat di tangan. Di perjalanan menjelang ke bandara itulah saya membeli ticket. Tapi karena pesat langsung (Liyon) sudah tidak terkejar lagi, saya akhirnya terbang menggunakan pesawat Batik Air dengan keharusan transit di Sukarno- Hatta. Berangkat pukul 12.50 dari Hang Nadim dan sampai di Sukarno Hatta sekitar pukul 13.40, saya harus menunggu lima jam di Jakarta sebelum melanjutkan penerbangan Jakarta- Semarang sekita pukul tujuh malam.

Akhirnya, sekitar pukul 20.25 saya sampai juga di Hotel MG Setos, tempat diselenggarakannya pelatihan IN yang membuat saya begitu sibuk dan risau sejak kemarin sore. Tapi demi menjemput ilmu saya mencoba tetap bersemangat agar saya tidak merasa terus tertekan dalam mengikuti kegiatan. Apapun keadaannya, mendapat kesempatan mengikuti pelatihan tingkat nasional seperti ini tentulah merupakan kebanggaan tersendiri. Apalagi, ternyata kesempatan ini diberi atas apresiasi pemerintah (Kemdikbud) kepada para guru yang mampu meraih nilai terbaik ketika mengikuti UKG (Uji Kompetensi Guru) beberapa waktu lalu itu. Menurut laporan panitia ketika di acara pembukaan bahwa semua guru yang datang dari seantero Indonesia ini adalah para guru dengan nilai tertinggi itu. Tentu saja menjadi kebanggaan saya bersama 160 orang guru itu.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Merasa tak Diawasi

Tersebab tak merasa diawasi Aku bisa melakukan apapun yang aku kehendaki Merasa tak ada yang melihat gerak-gerik Aku melakukan apa saj...