Kamis, 15 Januari 2015

Dua Hari di Hatyai

MASIH catatan tentang liburan akhir tahun. Memang sudah berlalu beberapa waktu. Tapi catatan ini belum sempat dipublish di halaman ini. Tiga catatan sebelumnya berkisah seputar liburan di Thailand (Hatyai) dan Malaysia (KL- Johor) itu. Maka sebelum catatan lain diposting, catatan tersisa ini tidak berlebihan didahulukan.


Sesampainya di perbatasan Malaysia- Thailand, di daerah Bukit Kayu Hitam setelah melanjutkan perjalanan dengan bus kurang lebih satu jam dari peristirahatan Kurun Kedah tadi, semua penumnpang turun. Pemandu wisata mengingatkan kepada kami bahwa nanti kita tidak perlu menurunkan tas pakaian dari bagasi mobil. Persiapkan saja pasport dan kartu yang sudah disediakan di dalam pasport untuk dicap pertanda keluar dari Malaysia.

Selepas melewati imigrasi Bukit Kayu Hitam, sekali lagi kami harus turun dari bus. Kini bus kami sudah sampai di perbatasan Thailand, untuk masuk wilayah Thailand Selatan itu. Jarak antara perbatasan Malaysia dengan Thailand tempat pemeriksaan pasport pertanda keluar dari Malaysia, hanya kurang lebih satu jam perjalanan juga. Kami pun turun kembali untuk sekali lagi memeriksakan pasport. Kali ini pertanda kita masuk ke negara Thailand.

Tidak Profesional
Ini pengalaman buruk kedua saya setelah saya rasakan di imigrasi Kukup Malaysia, kemarin sorenya. Kalau di perbatasan Indonesia- Malaysia itu masalah diskriminasi antara penduduk Malaysia dan kami dari Indonesia dalam memeriksa pasport, maka di perbatasan Thailand ini adalah masalah lambatnya pemeriksaan (cap) pasport oleh pegawai imig rasi Thailand itu.

Bayangkan saja, sekitar pukul 09.58 kami sudah sampai di perbatasan dan langsung antri bersama warga negara lain yang juga akan masuk Thailand. Sepuluh menit, dua puluh menit, setengah jam berlalu begitu saja. Giliran mendapat cap pasport belum juga kunjung sampai. Saya melihat, dari begitu banyak konter untuk memeriksa pasport, ternyata yang buka hanya tiga saja. Ratusan orang menunggu antri panjang.

Lebih menjengkelkan lagi karena sebentar-sebentar posisi antri berubah-ubah. Mula-mula di konter A, lalu tiba-tiba disuruh pindah ke konter B atau lainnya yang katanya petugasnya baru saja masuk. Belum lagi sampai ke ujung sana, barisan antrian kami disuruh pindah lagi ke konter lain. Sungguh tidak menyenangkan cara-cara petugas imigrasi Thailand ini. Hampir tiga jam kami terkendala di pintu masuk wilayah Thailand itu. Hampir pukul satu siang, baru kami selesai urusan pasport itu. Waktu yang terlalu untuk urusan cap pasport. Sungguh tidak profesional, kata saya dalam hati.

Selesai antrian yang panjang waktu itu, kami melanjutkan perjalanan.Inilah hari pertama kami berada di Hatyai, Thailand. Untuk tidak membuang-buang waktu, dua bus kami sepakat untuk langsung berkunjung ke tempat-tempat wisata yang sempat. Kami tidak masuk ke hotel terlebih dahulu. Itu artinya pakaian yang ada di badan adalah pakaian yang sudah berganti/ tetap sejak dari Kurun Kedah pagi tadi.

Di Provinsi Songkhla kami mengawali liburan dengan makan siang bersama di salah satu kedai yang dikelola oleh para muslim Thailand. Di Thailand memang harus dipastikan dulu apakah kedai penjual makanan/ minuman itu halal atau tidak. Dengan penduduk mayoritas non muslim, maka tempat-tempat makan dan minum yang halal tidaklah terlalu banyak seperti di Indonesia. Dengan menu ala Thailand, kami makan dengan sistem layan-diri. Mengambil sendiri nasi dan lauk-pauk yang diinginkan. Selesai makan dibayar masing-masing. Dengan uang 50-80 bath, kami sudah cukup kenyang makannya.

Selesai makan siang (waktunya sudah agak sore) lalu berkeliling-keliling dengan 'bus pesiaran' itu untuk selanjutnya ke hotel, tempat menginap. Kami menginap di Hatyai Hotel Hotel yang berada di kota Hatyai. Sewa hotel sudah menjadi tanggung jawab panitia (trevel) yang uangnya sudah termasuk ke dalam biaya perjalanan.

Hari Selasa (30/12) kami melanjutkan liburan di Thai. Sesuai jadwal, selama dua hari ini kami berada di Songkhla, Thailand. Pagi ini kami mengawali perjalanan dengan mengunjungi lokasi wisata Taman Budha Tidur (sleeping budha) kata orang di sana. Ternyata maksudnya adalah patung budha yang tengah tidur. Dengan ukuran --saya menduga kurang lebih 60 meter, panjang-- patung berwarna emas itu tampak begitu besar. Kami mengambil foto dan bverfoto bersama atau sendiri-sendiri di sana.

Selanjutnya kami pergi ke Pantai Songkhla, pantai yang sangat terkenal di Selatan Thailand itu. Meskipun tidak seramai di Pantai Pukhet dan beberapa pantai lainnya, namun di Songkhlah dengan penduduk yang muslim, terasa lebih familiar dengan kami. Ada dua lokasi pantai yang kami kunjungi. Dengan naik bus terbuka, kami berkeliling di sini meniikmati pemandanagan alam dan pantai yang indah.

Sebelum ke hotel kami masih sempat ke Taman Gajah, Chang Puak Camp. Di sini ada beberapa alternatif hiburan dan permainan selain menyaksikan gajah-gajah yang sangat besar itu. Kita dapat memberi makan gajah dengan membeli pisang yang sudah disediakan oleh pengelola. Sungguh menakjubkan atas pengelolaan dan layanan oleh para pengelola taman itu.

Sebenarnya masih ada beberapa lokasi wisata yang belum sempat kami kunjungi. Karena sudah agak sore, kami melanjutkan kembali ke hotel untuk istirahat. Malamnya kami hanya di hotel atau jika ingin keluar, itu menjadi acara sendiri-sendiri. Besoknya, kami melanjutkan perjalanan ke Malaysia. Targetnya KL untuk bermalam tahun baru. Dua hari Hatyai, sebenarnya terasa masih singkat. Semoga kelak ada waktu lagi akan ke sana.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Safro Harus Kenduri Tiga Kali

MALAM ini ada tiga, Bang. Jangan lupa. Kata-kata isterinya itu teringat sejak asar tadi sore. Artinya ada tiga tempat malam ini, katanya dal...