Senin, 21 April 2014

Peringatilah Kartini dengan Menulis


CATATAN seorang teman di website Guraru, yang menjelaskan bahwa Kartini, pahlawan wanita Indonesia, itu dikenang tersebab tulisan-tulisannya. Kita tahu itu. Saya juga setuju, itu. Itulah salah satu catatan penting yang menjadikan Kartini diperingati. 

Bahwa saat ini, ternyata Kartini lebih identik dengan kebaya, sanggul dan konde, itu pun fakta. Kita juga tidak akan membantahnya. Setiap memperingati Hari Kartini selalu kita melihat lomba bekebaya, itulah kenyataan yang ada. 

Lalu, jika ada yang menambah penjelasan kalau wanita yang lebih hebat dari pada Kartini juga ada sosok lainnya, itu pun tidak masalah. Diskusi tentang Kartini akan selalu hidup di mana-mana dan entah sampai bila-bila masa. Sebagai Pahlawan Nasional tentu saja nama Kartini dengan segala pendapat orang kepadanya akan selalu ada.

Hari ini, Senin (21/ 04/ 14) kembali Bangsa Indonesia  memperingati hari lahirnya Ibu Kartini, sang wanita yang disebuat sebagai wanita perintis emansipasi. Kembali pula di mana-mana ada acara lomba dan acara-acara lainnya yang menonjolkan pakaian kebaya. Sebuah sekolah yang tengah melaksanakan perpisahan kelas akhir juga menyarankan warga sekolah untuk menggunakan kebaya. Para penyiar, guru dan pegawai serta wanita-wanita lainnya hari ini juga ramai yang menggunakan kebaya sebagai pakaiannya.

Apakah Kartini identik dengan kebaya? Itulah yang tertanam di pikiran wanita-wanita Indonesia. Remaja-remaja wanita yang jika ada lomba yang diselenggarakan sekolah atau lembaga-lembaga tertentu juga menggunakan kebaya sebagai pakaian khasnya, jelas akan selalu menganggap Kartini adalah kebaya. Menyebut dan melihat Kartini maka yang selalu menonjol adalah kebaya. Anak kecil sampai yang tua renta, jika ada dan mengikuti acara maka akan memakai stelan kebaya.

Tidak ada yang salah dengan pakaian khas daerah yang bernama kebaya itu. Tapi sebenarnya ada esensi yang lebih utama yang sejatinya diketahui generasi muda wanita atau kita semua berkenaan dengan Kartini. Sesungguhnya Kartini terkenal dan menjadi harum namanya adalah karena catatan-catatan atau tulisan-tulisannya. Tulisan berupa surat-surat pribadi yang dia kirimkan ke sahabatnya di belahan bumi sana, itulah yang membuat namanya dikenal. 

Kita tahu dalam sejarah, Buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang merupakan kumpulan surat-surat itu telah membuat namanya terkenal kemana-mana. Dan buku yang pertama terbit dalam Bahasa Belanda, itu telah membuat orang terkagum-kagum dengan pikiran-pikiran Kartini yang dinobatkan sebagai wanita Indonesia pertama yang memperjuangkan nasib wanita.

Terlepas dari masih banyaknya wanita Indonesia seangkatan Kartini bahkan lebih duluan dari Kartini yang ternyata juga berjasa sangat besar dan hebat untuk kemanusiaan, nyatanya Kartini sudah terlanjur kita akui kehebatannya. Dia adalah Pahlawan Nasional yang diakui sejarah bangsa kita. Biarlah itu menjadi sejarah. Dan ahli sejarah pula yang akan meluruskan jika ada yang harus diluruskan. Ahli sejarah juga yang kita tunggu memunculkan nama-nama wanita lain yang jasanya setara atau mungkin lebih hebat dari pada Kartini.

Buat guru dan siswa bahkan siapa saja, tentunya, kenyataan Kartini terkenal tersebab surat-suratnya kiranya menjadi teladan dan penyemangat buat kita untuk menjadikan budaya menulis sebagai bagian dari keseharian kita, khususnya di hari-hari kita memperingati Hari Kartini. Biarlah hari ini kita tidak terkenal atau belum dikenal walaupun sudah mencoba menulis juga. Kita percaya tulisan-tulisan yang tersebar dimana-mana itu akan mencatatkan nama penulisanya di hati para pembaca. 

Untuk itu jika kita ingin atau sedang memperingati Kartini, marilah kita peringati dengan menulis juga sebagaimana Kartini dulu juga menulis. Jika belum terbiasa menulis, marilah momen peringatan Hari Kartini ini dijadikan tonggak untuk memulai kreativitas menulis. Kartini memang terkenal karena tulisannya itu. Maka jika kita ingin memperingatinya, mengapa kita tidak ingin mewujudkannya dengan menulis dan menulis sebagaimana Kartini dikenal karena tulisannya? 

Kita tidak harus memperdebatkan kebaya yang sekarang lebih terkenal dari pada Kartininya. Kita juga tidak berkompeten untuk menyanggah keabsahan kepahlawanan Kartini karena diduga ada wanita lain yang lebih hebat. Itu cukup menjadi ranah para ahlinya. Yang cukup penting buat kita adalah bahwa Kartini terkenal karena surat-suratnya, dan surat-surat itu adalah bukti autentik perihal kreativitas menulis Kartini, maka pesan pentingnya adalah kita hendaknya juga melakukan kreatifitas tulis-emnulis. Pesan ini seharusnya kita ambil menjadi pesan penting dari peringatan Hari Kartini. 

Mari, kita peringati Hari Kartini dengan kreatifitas tulis-menulis. Dari sini kita akan memulai tradisi literasi pada diri sendiri. Walaupun kita terus merasa belajar menulis, tapi teurs sajalah kita menulis agar kita terbiasa menulis. Kebiasaan menulis itu memang penting. Mari memperingati Kartini dengan membina dan mengembangkan aktivitas menulis kita. Wallohu a'alam. ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...