Kamis, 20 Juni 2013

Guru Memang Harus Sabar

SEORANG siswa, pada hari pertama ujian, Senin (17/ 06) lalu tidak datang. Dia tidak ikut ujian. Panitia sudah berusaha mencari tahu, apa gerangan berita sang anak-didik ini. Dicoba dihubungi HP-nya, tidak aktif. Dicoba pula oleh panitia menghubungi telpon orang tua dan walinya, setali tiga uang. Panitia bingung. Mau pergi ke rumahnya (home visit) takut rumahnya juga tidak berpenghuni. Maklum, biasanya bekerja.

Akhirnya panitia hanya mencatat siswa tersebut dalam berita acara ujian bahwa yang bersangkutan tidak datang tanpa berita. Tapi keesokan harinya ternyata dia datang. Ditanya mengapa tidak datang hari pertama, dia beralasan macam-macacm. Panitia tidak bisa menerima begitu saja alasannya. Dan panitia minta dia menjemput atau membawa orang tua ke sekolah. Guru ingin tahu dengan benar. Tiga mata ujian dia tidak ikut. Itu jelas sangat memukulnya, jika tetap tidak ikut.

Ketika orang tuanya datang barulah diketahui kalau perempuan ini rupanya tidak pulang alias pergi meninggalkan orang tuanya, entah kemana. Dia sudah beberapa hari tidak pulang ke rumah. Orang tuanya juga mengaku tidak bisa mencari, kemana dia minggat. Jadi, anak ini benar-benar tidak dapat diatur oleh orang tuanya. Begitu kata orang tuanya. Malah orang tua dan kakaknya mengaku pasrah jika nanti tidak naik kelas gara-gara dia tidak ikut ujian di hari pertama itu.

Akhirnya disepakati kalau dia boleh ujian hari kedua dan seterusnya. Tapi jika dia tidak bisa memberi alasan yang dapat diterima sekolah perihal ketidakhadirannya pada hari pertama maka dia tetap tidak bisa ikut ujian susulan untuk pengganti hari pertama. Konsekuensinya tentu saja nilainya akan menjadi tidak sempurna. Dan itu dapat mempengaruhi kesuksesannya (naik/ tak naik kelas) nantinya. Tapi pihak keluarganya sudah menerima jika itu terjadi.

Belakangan (tiga hari berikutnya) orang tuanya dan dua kakaknya datang kembali ke sekolah. Mereka langsung minta berjumpa dengan Kepala Sekolah. Konon anaknya mau ujian susulan untuk ganti hari pertama. Tentu saja panitia tidak bisa menerima begitu saja. Apalagi sebelumnya dia sudah pasrah dan menerima kalau memang tidak bisa ikut ujian karena tidak ada alasan yang dapat diterima. Kini dia justeru memohon-mohon agar anaknya dapat diikjut ujian lagi.

Namun dengan kesabaran tinggi, pantia akhirnya akan memberi kesempatan kepada siswa itu untuk ikut ujian susulan. Tentu saja nanti hari di hari terakhir. Jika dia benar-benar ingin ikut ujian ulangan itu, dia harus mempersiapkan dirinya dengan baik. Tidak ada ujian susulan untuk orang yang tidak mempunyai alasan yang jelas. Tapi guru-guru yang tergabung dalam kepanitiaan Ujian Kenaikan Kelas (UKK) SMA Negeri 3 Karimun memang sangat sabar. Mereka tetap melayani dan memberi kesempatan untuk mengikuti ujian susulan. Ah, guru memang harus sabar.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...