HARI pertama Libur Akhir Tahun (LAT) 2012 dengan perjalanan Karimun- Singapura- Malaysia, sesuai jadwal, kami akan menghabiskan
waktu berlibur di negeri Lie Kwan Yu itu hingga petang. Tepat pukul 13.45 WIB/
14.45 Waktu Singapura (WS) kami pun sudah berada di dalam bus wisata Singapura yang
akan membawa kami berkeliling ke tempat-tempat tujuan wisata yang ada dan
sempat kami kunjungi di negeri ini.
Sebagaimana disampaikan oleh pengelola perjalanan ini, kemungkinan kami hanya akan mengunjungi satu atau dua
tempat ‘destinasi’ wisata Singapura saja. Maklum waktu kami di sini hanya
sambil lewat untuk ke Malaysia saja. Kurang dari satu hari kami di sini. Dan
pukul 14.00 WIB (pukul 15.00 WS) mobil kami pun mulai bergerak meninggalkan
terminal pelabuhan Singapura. Seorang pemandu wisata Singapura keturunan India,
Nchik Salam memandu perjalanan wisata singkat kami di kota pulau itu. Dialah yang memberikan berbagai informasi berkaitan Singapura. Sambil berdiri di dalam bus kami, dia dengan lancar menyampaikan dalam Bahasa Indonesia bercampur Melayu.
Mula-mula kami dibawa ke Masjid Sultan, masjid tertua di Singapura. Kami
memilih ke sana, karena kami yang sebagian besar muslim kebetulan belum
melaksanakan solat zuhur saat waktu zuhur sudah lama masuk. Dengan sasaran awal ke Masjid Sultan kami akan melaksanakan solat di sini sebelum kami akan melanjutkan perjalanan anantinya.
Berbagai keterangan
perihal wisata Singapura dijelaskan kepada kami oleh Nchik Salam sambil terus berdiri
di bagian depan bus kami. Ada tiga bus, rombongan kami ini. Saya sendiri berada di bus
kedua dengan Nchik Muhammad Salam sebagai pemandu wisatanya. Di bus lainnya juga ada pemandu wisata yang memberikan keterangan perihal Negeri Singa. Hujan gerimis
mengiringi perjalanan kami ke masjid bersejarah itu.
Sangat banyak penjelasan yang disampaikan Nchik Salam yang beragama Islam
itu kepada kami. Dia menjelaskan sejarah berdirinya masjid Sultan walau serba
ringkas. Dia juga menjelaskan perihal banyaknya hotel di Singapura yang
tergolong Negara pulau kecil itu. “Kurang lebih 300 hotel ada di negara kami,”
jelas Nchik Salam tentang jumlah hotel di negara yang daratannya bisa
dikelilingi sekali berlari itu. Secara khusus dia menjelaskan hotel tertinggi
dan hotel terendah yang ada di negeranya. Dia juga menjelaskan apa keunikan dan
apa kehebatan dua hotel yang dia sebut itu.
Kata Nchek Muhammad Salam, begitu nama lengkapnya, hotel yang paling rendah di Singapura adalah Hotel
Raffles, hotel cukup tua di Negeri Singa. Hotel ini. Hanya satu lantai. Meskipun tidak mempunyai
kamar-kamar sebagaimana layaknya kamar hotel biasa namun hotel ini selalu
dipakai untuk tamu-tamu terhormat, jelas Nchek Salam.
Para kepala Negara atau Kepala Pemerintahan, oleh Pemerintah Singapura selalu diinapkan di hotel ini. Begitu juga para bintang film dan selebriti paling top sekelas Michael Jackson, misalnya. Mereka akan menginap di sini. Bilik dengan sebutan
swit itu ternyata sangat istimewa untuk menerima tamu-tamu terhormat. Konon,
sewa swit termurah di hotel itu adalah 800-an dolar Singapura (kurang lebih 6,5
juta) per malamnya. Itu tarif tahun ini, katanya.
Sementara hotel tertinggi yang disebut Nchik Salam adalah hotel biasa yang
pada satiap tahun selalu dikunjungi ramai orang karena di sinilah selalu
diadakan lomba maraton menaiki hotel. Lomba maraton menaiki hotel adalah salah
satu iven di Singapura dengan menawarkan hadiah sangat besar. Para pelari profesional
dunia senantiasa ikut dalam lomba ini. Itulah Hotel Swiss yang berketinggian 75
lantai. Para pelari akan berlari dari lantai satu ke lantai 73. “Dua lantai
paling atas hanyalah restoran,” kata Nchik Salam menjelaskan kegiatan tahunan maraton
menaiki hotel itu.*** (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar