Rabu, 04 Juli 2012

Hujan Mengguyur Menunggu Gubernur

SEBENARNYA kesediaan para peserta upacara pembukaan POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah) ke-4 Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berhujan-hujan di tengah lapangan bisa juga bermkan positif: heroiknya seorang atlet. Mereka berdiri tegap di lapangan sepakbola Stadion Badang Perkasa Karimun sementara para pejabat dan pembesar duduk manis di bawah atap tribun stadion.

Seharusnya memang tidak ada yang salah. Meskipun hujan mengguyur dari langit dan membasahi pakaian dan badan mereka tapi mereka tampak tenang di situ. Mereka adalah para atlet dan oficial berbagai cabang olahraga yang akan dipertandingkan dan atau diperlombakan sepekan ke depan. Hari itu (Senin, 02/07/2012) adalah hari pembukaan POPDA IV Kepri 2012 di Kabupaten Karimun. Pembukaannya langsung oleh Gubernur Kepri, HM. Sani yang datang jauh-jauh dari Tanjungpinang. Sekali lagi, para pelajar yang berperan sebagai atlet itu berhujan-ria di tengah lapangan, tidak ada yang salah.

Baru terasa ada yang mengganjal adalah ketika ternyata banyak pula yang menggerutu atas tertundanya acara seremoni pembukaan itu. "Seandai saja pelaksanaan pembukaan tepat waktu seperti yang tertera di undangan maka tidak ada yang harus berhujan," begitu salah seorang undangan menyeletukkan keluhannya. Tapi karena menunggu gubernur, acara tertunda hampir satu jam setengah dan datanglah guyuran hujan itu.

Panitia mengedarkan undangan pembukaan ke berbagai instansi di Kabupaten Berazam ini dengan mencantumkan waktu pukul 14.00 WIB. Dan panitia juga yang mengingatkan para personel yang terlibat dalam prosesi pembukaan itu agar sudah hadir di stadion paling lambat pukul 13.00. Satu jam lebih awal dari pada bunyi undangan. Bahkan beberapa komponen pengisi acara seperti penari persembahan, peserta senam masal, pemain kompang penyambutan rombongan gubernur dan beberapa lagi malah datang sebelum pukul 12.00. Tentu saja para pembinanya yang menyuruh datang jauh lebih awal itu.

Sudah lazim di negeri yang terkenal 'jam karet' ini jika ada acara-acara yang memerlukan kehadiran para pembesar maka yang 'kecil-kecil' disuruh datang lebih cepat. Panitia yang suka ambil muka tak ingin mukanya tercoreng gara-gara peserta acara terlambat hadir. Takut ditegur maka disuruhlah undangan di luar pembesar itu untuk datang lebih awal.

Sebenarnya hingga pukul 13.45 (ketika saya masuk stadion) suasana stadion sangat menyenangkan. Tamu kiri-kanan saya duduk bercerita kalau stadion sudah penuh tribunnya oleh para tamu sejak setengah jam yang lalu. Di tribun terbuka yang sebelah timur penuh diisi oleh pelajar yang dipersiapkan untuk mengisi acara senam masal nanti. Riang gembira bersama musik orgen tunggal dengan para penyanyi (pelajar) Karimun terasa membuat para tamu-penonton di stadion adem-ayem saja menanti kehadiran rombongan gubernur. Dalam hati, tentu saja beberapa menit lagi akan hadir para petinggi itu seperti bunyi undangan resmi.
Sampai pukul 14.00 belum ada tanda-tanda acara pembukaan akan dimulai. Nyanyi dan halo-halo presenter masih terus mengisi suasana. Tujuh kabupaten/ kota yang sudah hadir para atlet dan oficialnya di tempat yang sudah disediakan, bergantian dipanggil presenter untuk memberi sorak-semangat. Berulang-ulang setiap habis satu lagu presenter menyebut nama Kabupaten Kepulauan Anambas lalu diikuti sorak gemuruh penonton dan tamu. Berturut-turut disebut pula kabupaten lainnya seperti Natuna, Lingga, Tanjungpinang, Batam dan selalu Karimun yang terakhir. Sorak gemuruh penonton dan peserta terasa lebih membahana ketika kabupaten yang tuan rumah ini disebut presenter.

Pada pukul 14.45 terdengar kompang bertalu. Pasti para undangan, peserta dan tamu lainnya mengira rombongan gubernur sudah akan masuk stadion. Tapi 15 menit berlalu tidak ada juga tanda-tanda gubernur sudah sampai. Perasaan dongkol karena acara pembukaan sudah tertunda cukup lama kian besar. Acara belum juga ada tanda-tanda akan dimulai.
Dalam kegalauan menanti para pembesar, langit yang sedari tadi sudah mendung tiba-tiba turun gerimis. Para atlet dan oficial yang bersiap-siap akan mengikuti defile atlet tentu saja kian galau. Gerimis berganti hujan. Lebat kian lebat. Para pelajar yang ikut berhujan di tribun terbuka harus menahan siraman air dari langit.

Setelah gubernur tiba, acara pun dimulai. Barisan para atlet utusan kabupaten/ kota dalam defile yang dimeriahkan drumband Gema Karimun bergerak ke tengah lapangan sepakbola. Tujuh kabupaten/ kota lambai-melambai di hadapan tribun utama yang diisi rombongan gubernur, bupati/ wali kota yang hadir. Hujan terus mengguyur.
Diawali lagu Indonesia Raya secara bersama dan tari persembahan, acara dilanjutkan dengan laporan Kepala Kantor Pemuda dan Olahraga Provinsi Kepri, Dadang HZ. Disambut dengan acara sekapur sirih dari Bupati Karimun, Nurdin Basirun baru akhirnya pidato sambutan gubernur.

Walaupun acaranya berjalan sangat baik dan lancar di tengah hujan dan beceknya jalan yang dilalui ketika defile atlet, tetap ada rasa sedih dan menyesal. Mengapa acara tertunda begitu lama dari jadwal yang sudah dibuat? Andai saja acara dilaksanakan tepat waktu, mendungnya langit yang membuat sejuknya lapangan sepakbola, tidak akan sampai meurunkan hujan yang cukup merusak acara itu. Marahkah Dia karena jadwal tertunda ataukah Dia sengaja memberi hujan untuk menyejukkan suasana Karimun yang akan menjadi tuan rumah POPDA dalam satu minggu ini? Wallohu a'lam.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Merasa tak Diawasi

Tersebab tak merasa diawasi Aku bisa melakukan apapun yang aku kehendaki Merasa tak ada yang melihat gerak-gerik Aku melakukan apa saj...