Selasa, 24 Juli 2012

Bagaikan Membersihkan Jembatan


SETIAP ceramah dalam beberapa hari pasca memasuki bulan mulia, Ramadhan, ini para muballigh selalu menyelipkan pesan bahwa hiudp di dunia ini bagaikan melewati jembatan menuju kehidupan abadi di yaumil akhir. Di seberang sanalah kehidupan sesungguhnya. Dari kuliah subuh, ceramah qobla/ ba’da zuhur, tausiah menjelang berbuka hinggalah ceramah menjelang tarwih, pesan-pesan yang sama dapat kita dengar. Dari televisi, radio, di kantor-kantor hinggalah ke masjid dan surau-surau, semuanya melaksanakan pengajian yang salah satu pesannya, itu tadi: Dunia adalah Jembatan Menuju Akhirat. Berapa kali dalam satu hari kita mendengarnya, bisa dihitung sendiri.

Kalau dunia fana ini adalah jembatan, dan kehidupan di dunia adalah bagaikan perjalanan di atas jembatan maka peranan jembatan itu sendiri tidaklah kalah penting dari pada kehidupan di ujung jembatan itu nanti. Itulah yang dimaksud dengan keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat. Doa ’sapu jagat’ yang berbunyi, ‘Robbana aatina fiddunya hasanah, wafil aakhirati hasanah…dst‘ pun mengandung harapan keseimbangan tersebut. Artinya pentingnya akhirat sama dengan pentingnya dunia (jembatan kehidupan) walaupun akhirat lebih utama.

Itulah sebabnya oleh para ustaz selama Ramadhan ini berulang-ulang diingatkan betapa perlunya membersihkan jembatan ini khususnya dalam bulan ini. Tentu saja tidak fair kalau hanya selama Ramadhan menyibukkan diri membersihkan jembatan kehidupan ini. Sejatinya, pembangunan dan perbaikan jembatan haruslah berlangsung terus-menerus sepanjang hayat. Jangan cuma dalam bulan Ramadhan.

Jika yang dimaksud membersihkan jembatan itu adalah membersihkan kehidupan dari berbagai noda dan dosa yang terlanjur dilakukan selama ini, seharusnya ‘bersih-bersih’ itu tidak hanya di dalam bulan ini saja. Sejak kita tahu dan menyadari akan kekeliruan yang dilakukan, sejak itu pulalah pembersihan (baca: tobat) mesti dilakukan. Dari ikrar pertobatan untuk tidak melakukan lagi (dosa-dosa itu) sampai pembuktian penyesalan dalam kehidupan, bermulalah cara hidup baru yang sesuai dengan peratruran Tuhan.

Penyakit-penyakit seperti dusta, ghibah dan namimah (tiga serangkai penyakit jiwa) yang selama ini tanpa merasa malu melakukannya, inilah saatnya membuang itu jauh-jauh dari kehidupan. Dusta terbukti melahirkan para koruptor kakap, pencuri ulung bahkan ilmuwan plagiat. Ghibah dan namimah terbukti telah melahirkan manusia-manusia penuh kebencian, permusuhan dan pertentangan antara satu dengan lainnya. Makanya, jika di bulan ini banyak kesempatan mendengar pesan-pesan ini, alangkah beruntungnya kita jika memanfaatkannya.

Bahwa di bulan Ramadhan ada kesempatan membersihkan noda-dosa yang bertumpuk lama, itu tidak masalah. Itulah hikmah bulan mulia ini. Tekad yang mesti dipegang adalah bahwa tonggak ini adalah tonggak pemisah kotoran dosa yang selama ini ada dengan kehidupan baru menuju persiapan kehidupan abadi yang sesungguhnya. Ampunan yang dijanjikan-Nya kepada kita, mudah-mudahan benar-benar diberikan-Nya kepada kita. Marhaban ya Ramadhan!***
Seperti sudah dimuat isi yang sama dengan judul berbeda di: http://edukasi.kompasiana.com/2012/07/24/kok-ramadhan-membersihkan-jembatan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...