Sabtu, 25 Desember 2010

Mengefektifkan Hari Non Efektif

SETIAP sehabis ujian semester, menjelang pembagian rapor, dalam perancanaan pembelajaran (kalender pendidikan) ada beberapa hari yang disebut dengan hari non efektif. Disebut begitu karena sehabis ujian --semester ganjil maupun semester genap-- para siswa (peserta didik) biasanya tidak lagi melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Ujian menandai masa evaluasi terhadap proses pembelajaran selama satu semester yang sudah dilewati. Tidak belajar di kelas, disebutlah hari-hari yang non efektif.

Hari-hari non efektif biasanya berkisar antara empat hingga enam hari sekolah dalam setiap kali selesai ujian semester. Dalam masa itu para siswa hanya melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler atau mengikuti remidial teaching jika hasil ujian yang baru saja diikuti belum mencapai nilai KKM (Kompetensi Kelulusan Minimal) yang ditetapkan sekolah. Pengelolaan absensi memang tetap dilaksanakan meski bukan hari efektif.

Sebutan hari-hari menunggu pembagian rapor dengan sebutan hari non efektif kesannya tentu saja seolah-olah waktu-waktu itu tidak termanfaatkan dengan baik. Tentu saja ada alasan sinyalemen itu. Terutama bagi sekolah yang membiarkan begitu saja waktu berlalu.

Banyak sekolah terkadang membiarkan para siswa berkeliaran di pekarangan sekolah untuk sekedar menunggu pengumuman Guru Mata Pelajaran (GMP) tentang hasil ujian. Jika dalam pengumuman itu tidak ada siswa yang dinyatakan untuk mengikuti remidial teaching maka para siswa cukup bermain saja. Buat siswa yang namanya diminta untuk mengikuti pembelajaran tambahan itu, barulah ada aktifitas siswa. Selebihnya para siswa terbiar begitu saja.

Ada juga sekolah yang mengisinya dengan pertemuan antar kelas (class meeting) yang kegiatannya diisi dengan berbagai acara. Ada acara olahraga, kesenian, apresiasi sastra, pagelaran pasukan khusus (passus) dan tentu banyak lagi lainnya.

Untuk pengelolaan kegiatan inilah sesungguhnya sekolah dapat mendisainnya menjadi aneka kegiatan yang membuat hari non efektif menjadi tetap efektif. Waktu-waktu yang walaupun pendek akan (kurang lebih satu pekan) dapat menghasilkan kreatifitas siswa yang sungguh bermanfaat buat mereka dan buat sekolah.

Jika acaranya diisi dengan pertandingan (lomba) olahraga dan atau seni antar kelas yang para wali kelas langsung terlibat di dalamnya, dapat dipastikan akan mendatangkan manfaat yang besar bagi siswa dan sekolah. Siswa akan berkesempatan membuktikan kemampuan ekstrakurikulernya selama class meeting diadakan.

Bakat dan kemampuan terpendam yang selama masa belajar-mengajar diadakan tidak bisa ditunjukkan, inilah waktu pembuktiannya. Jika saja semua siswa atau sebagian besar siswa terlibat maka akan banyaklah kemungkinan bakat dan kemampuan yang akan bermunculan.

Bagi sekolah, melalui GMP Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan misalnya, dapat didata para siswa yang akan menjadi andalan dalam cabang olahraga jika kelak akan bertanding dengan sekolah lain. Begitu pula GMP Pendidikan Seni, pun akan sangat berguna untuk membuktikan skil siswa di bidang ini.

Jadi, selama sekolah mampu mengelola berbagai kegiatan kesiswaan yang tentu saja dengan memberdayakan Osis (Organisasi Siswa Intra Sekolah)di masa-masa menjelang disampaikannya laporan pendidikan ke orang tua siswa, maka tidak ada lagi istilah hari non efektif yang tidak efektif. Semua hari itu akan berguna dan dapat diefektifkan sekolah.

Maka kerja sama dan kekompakan semua komponen sekolah (Kepala Sekolah, Majelis Guru, Pegawai Tata Usaha, Pengurus Osis) akan penentu bagaimana hari non efektif dapat terkelola menjadi hari efektif. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...